Hidroponik, Bertani ala Kaum Milenial

Apa sih yang anda pikirkan setelah mendengar kata “pertanian”? 

Mungkin dibenak sebagian orang itu adalah kegiatan yang kurang menyenangkan dan kurang menarik. Bagi kaum milenial saat ini bertani biasanya dianggap sebagai kegiatan yang kurang diminati karena kotor, capek, berpanas-panas di bawah matahari, dan sebagainya. 

Kegiatan bertani identik dengan bermain dengan tanah, pupuk kandang, dan cangkul. Sejatinya negara kita terkenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Namun jangan salah, bertani tidak sepenuhnya harus bermain tanah dan juga cangkul. ‘Hidroponik’ menjadi salah satu jawaban bertani tanpa harus menggunakan tanah.

Salah satu sektor bidang produk dan juga jasa yang bergerak dalam bidang pertanian adalah PT Hidroponik Agrofarm Bandungan (HAB) yang terletak komplek Theresiana School, Ngasem, Jetis, Bandungan, Kabupaten Semarang. 

PT HAB ini juga bekerja sama dengan SMK Theresiana Bandungan. Siswa-siswi SMK tersebut sudah dibekali kemampuan untuk merawat dan mengembangkan usahanya dalam bidang hidroponik. Kebetulan saya adalah alumni dari SMK Theresiana Bandungan tersebut.

GH 02, menggunakan sistem FR (Dokpri)
PT HAB bergerak di bidang pertanian secara modern, dan semua sistem yang digunakan di sini menggunakan sistem hidroponik sehingga menghasilkan produk yang berkualitas, bermutu tinggi, dan sangat layak untuk dikonsumsi.
Di PT HAB ini terdapat 8 green house (GH) yang masing-masing memiliki ukuran berbeda-beda, yaitu 500m² dan 1000m². Di setiap GH terdapat berbagai macam komoditas sayur dan buah dan dengan sistem irigasi yang berbeda-beda. 

Contohnya di GH 01 dan 08, terdapat berbagai jenis selada yang ditanam seperti romain, locarno, lolorosa, kangkung, dan lain-lain dengan menggunakan sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Di GH 02 terdapat berbagai jenis sayur oriental seperti caysim, white pakcoy, green pakcoy, dan lain-lain dengan menngunakan sistem Floating Roaf (rakit apung).

Sementara, GH 03 dan 04 terdapat tomat cherry yang menggunakan sistem drip irrigation (sistem tetes). GH 05, 06, 07 juga menggunakan drip irrigation yang setiap green housenya ditanami dengan tomat beef serta melon.

Media tanam yang digunakan pun tidak menggunakan tanah, melainkan biasanya menggunakan rockwool untuk menanam berbagai jenis selada, sawi, dan kangkung. Adapula yang menggunakan menggunakan cocopeat/serbuk kelapa saat menanam tomat, melon, mint, dan stroberi.

Jadi tentunya kita tidak perlu takut lagi untuk kotor-kotor bermain tanah.

Mix Salad dan Tomat Cherry yang sudah dipacking (dokpri)
Produk yang dihasilkan pun tentunya lebih higienis, karena lebih minim terkena hama dan penyakit, tidak menggunakan pupuk kimia, serta tidak terkotori oleh tanah. Kemudian produk langsung dibawa ke packing house untuk dibersihkan dan di-packing sesuai kebutuhan. 
Produk dari berbagai jenis selada biasanya dijual dalam bentuk utuh dan juga bisa dalam bentuk mix salad. Begitu pula dengan berbagai jenis komoditas lain, biasanya langsung di-packing agar tidak mudah rusak serta menambah nilai jual. 

Semua produk yang dihasilkan ini biasanya dapat kita temui di beberapa toko retail seperti Carrefour, Giant, Transmart, dan juga restoran. Tentu saja sasaran konsumen dari produk ini kalangan menengah ke atas. Namun tak jarang juga biasanya dapat dijual di pasar tradisional dan bahkan sudah mempunyai pelanggan tetap.

Selain produk, di PT HAB ini juga bergerak dalam bidang jasa. Jasa yang ditawarkan biasanya berkeliling kebun (field trip). Biasanya saat hari libur PT HAB juga menjadi salah satu objek wisata sekaligus edukasi yang menjadi pilihan oleh wisatawan. Pengunjung yang datang biasanya mulai dari rombongan anak sekolah hingga orangtua.

Perkebunan dengan teknik hidroponik seperti ini sangatlah menguntungkan. Terutama jika Anda yang mempunyai lahan yang tidak begitu luas namun dapat memperoleh hasil yang memuaskan dan berkualitas. 

Perawatannya pun tergolong sangat mudah dan tidak terlalu rumit seperti pada perkebunan konvesional yang harus mencangkul, menyemprot, menyiangi, dan sebagainya.

Bisa dibayangkan, hanya dengan bertani secara hidroponik dapat memperoleh omzet yang begitu luar biasa.

Dari kemudahan yang didapatkan dari teknik hidroponik ini tentu saja dapat membuat kaum milenial lebih tertarik lagi untuk terjun ke dunia pertanian dan mengembangkan usaha-usaha di bidang pertanian. Sehingga para kaum milenial dapat mengangkat derajat petani agar dipandang lebih baik.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Hidroponik, Bertani ala Kaum Milenial”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/elgapurbapaska10/5d87881d0d823047702499d2/hidroponik-bertani-ala-kaum-milenial?page=all

Kreator: Elga PurbaPaska

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

[learn_press_profile]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *